Untuk dua tahun berturut-turut,
Finlandia dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia oleh World
Happiness Report. Terlebih lagi, negara Skandinavia tersebut melaju lebih jauh
dari 10 negara teratas lainnya di dalam laporan tersebut, yang melakukan peringkat
tingkat kebahagiaan dari 156 negara menggunakan data dari survei Gallup World
Poll.
Sementara Amerika Serikat menurut
laporan tersebut berada di peringkat 19 tahun ini, turun dari tahun kemarin di
peringkat 18 dan 14 di tahun sebelumnya.
Tidak sulit untuk memahami mengapa
Finlandia dapat melakukannya dengan sangat baik. Negara-negara Eropa utara
memiliki jaring pengaman sosial yang kuat, termasuk pendekatan progresif dan
sukses untuk mengakhiri tunawisma. Mereka juga memiliki sistem pendidikan
berkualitas tinggi, dan berkomitmen untuk menutup kesenjangan atas gaji
berdasar gender.
Dengan populasi lebih dari 5,5 juta orang, Finlandia adalah
satu-satunya negara di dunia maju di mana ayah menghabiskan lebih banyak waktu
dengan anak-anak usia sekolah daripada ibunya.
10 negara paling bahagia, seperti
pada tahun-tahun sebelumnya, didominasi oleh negara-negara Nordik seperti Denmark,
Norwegia, Islandia dan Swedia, serta Finlandia. Dan semuanya berada di Eropa,
kecuali Kanada dan Selandia Baru.
Gambaran ini jauh kurang positif di
bagian lain dunia, khususnya Asia Selatan, di mana penurunan berkelanjutan
dalam kesejahteraan India (sekarang berada di peringkat 140) bertanggung jawab
untuk mendorong penurunan kesejahteraan di kawasan itu. Faktanya, India
berkinerja sangat buruk dan populasinya sangat signifikan sehingga menyeret
seluruh tingkat kebahagiaan global.
Lebih banyak riset perlu dilakukan
untuk memahami apa yang sedang terjadi di India, tetapi ini adalah pengingat
yang nyata bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat dan perubahan sosial dapat
menimbulkan biaya serta membawa manfaat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak
selalu seiring dengan peningkatan tingkat kebahagiaan.
Hubungan masyarakat dan sosial adalah
tema sentral dari laporan 2019, yang merinci bagaimana kegiatan tatap muka,
seperti olahraga dan dan menjadi sukarelawan, berkontribusi terhadap
kesejahteraan positif, sementara konektivitas online dapat merusaknya.
Ini khususnya terjadi pada orang yang
lebih muda. Selama dekade terakhir, jumlah waktu yang dihabiskan remaja (usia
13 hingga 18) untuk kegiatan menatap layar, seperti game, media sosial, dan
SMS, terus meningkat. Pada 2018, 95 persen remaja di AS memiliki akses ke
smartphone dan 45 persen mengatakan mereka online hampir secara konstan.
Beberapa penelitian telah menemukan korelasi antara waktu dewasa muda
menghabiskan online dan penurunan kesejahteraan. Misalnya, anak perempuan yang
menghabiskan lima jam atau lebih sehari di media sosial ditemukan tiga kali
lebih mungkin mengalami depresi daripada bukan pengguna.
Pada akhirnya, World Happiness Report
bertujuan untuk mendorong pemerintah dan individu untuk membentuk kebijakan dan
pilihan hidup dengan mempertimbangkan kesejahteraan yang lebih besar. Beberapa
negara sudah membuat langkah untuk memasukkan kesejahteraan ke dalam
pemerintahan mereka. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, misalnya,
telah menyerukan kebijakan ekonomi yang berbeda yang membawa prinsip
kesejahteraan dan lingkungan secara lebih sistematis ke dalam kebijakannya.
10 negara paling bahagia
1. Finlandia
2. Denmark
3. Norway
4. Islandia
5. Belanda
6. Swiss
7. Swedia
8. Selandia Baru
9. Kanada
10. Austria
10 negara paling tidak bahagia
1. Sudan Selatan
2. Republik Afrika Tengah
3. Afganistan
4. Tanzania
5. Rwanda
6. Yaman
7. Malawi
8. Syria
9. Botswana
10. Haiti
Sedangkan Indonesia berada di peringkat ke-92 tertinggal dari Singapura, Thailand,
Filipina dan Malaysia, namun berada di atas Vietnam, Kamboja, Laos dan
Myanmar.
Sunday, June 2, 2019
Disqus Comments