Sunday, June 2, 2019

Mengapa Orang Finlandia Lebih Bahagia

Untuk dua tahun berturut-turut, Finlandia dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia oleh World Happiness Report. Terlebih lagi, negara Skandinavia tersebut melaju lebih jauh dari 10 negara teratas lainnya di dalam laporan tersebut, yang melakukan peringkat tingkat kebahagiaan dari 156 negara menggunakan data dari survei Gallup World Poll.

Sementara Amerika Serikat menurut laporan tersebut berada di peringkat 19 tahun ini, turun dari tahun kemarin di peringkat 18 dan 14 di tahun sebelumnya.

Tidak sulit untuk memahami mengapa Finlandia dapat melakukannya dengan sangat baik. Negara-negara Eropa utara memiliki jaring pengaman sosial yang kuat, termasuk pendekatan progresif dan sukses untuk mengakhiri tunawisma. Mereka juga memiliki sistem pendidikan berkualitas tinggi, dan berkomitmen untuk menutup kesenjangan atas gaji berdasar gender.

Dengan populasi lebih dari 5,5 juta orang, Finlandia adalah satu-satunya negara di dunia maju di mana ayah menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak usia sekolah daripada ibunya.

10 negara paling bahagia, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, didominasi oleh negara-negara Nordik seperti Denmark, Norwegia, Islandia dan Swedia, serta Finlandia. Dan semuanya berada di Eropa, kecuali Kanada dan Selandia Baru.

Gambaran ini jauh kurang positif di bagian lain dunia, khususnya Asia Selatan, di mana penurunan berkelanjutan dalam kesejahteraan India (sekarang berada di peringkat 140) bertanggung jawab untuk mendorong penurunan kesejahteraan di kawasan itu. Faktanya, India berkinerja sangat buruk dan populasinya sangat signifikan sehingga menyeret seluruh tingkat kebahagiaan global.

Lebih banyak riset perlu dilakukan untuk memahami apa yang sedang terjadi di India, tetapi ini adalah pengingat yang nyata bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat dan perubahan sosial dapat menimbulkan biaya serta membawa manfaat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu seiring dengan peningkatan tingkat kebahagiaan.

Hubungan masyarakat dan sosial adalah tema sentral dari laporan 2019, yang merinci bagaimana kegiatan tatap muka, seperti olahraga dan dan menjadi sukarelawan, berkontribusi terhadap kesejahteraan positif, sementara konektivitas online dapat merusaknya.

Ini khususnya terjadi pada orang yang lebih muda. Selama dekade terakhir, jumlah waktu yang dihabiskan remaja (usia 13 hingga 18) untuk kegiatan menatap layar, seperti game, media sosial, dan SMS, terus meningkat. Pada 2018, 95 persen remaja di AS memiliki akses ke smartphone dan 45 persen mengatakan mereka online hampir secara konstan. Beberapa penelitian telah menemukan korelasi antara waktu dewasa muda menghabiskan online dan penurunan kesejahteraan. Misalnya, anak perempuan yang menghabiskan lima jam atau lebih sehari di media sosial ditemukan tiga kali lebih mungkin mengalami depresi daripada bukan pengguna.

Pada akhirnya, World Happiness Report bertujuan untuk mendorong pemerintah dan individu untuk membentuk kebijakan dan pilihan hidup dengan mempertimbangkan kesejahteraan yang lebih besar. Beberapa negara sudah membuat langkah untuk memasukkan kesejahteraan ke dalam pemerintahan mereka. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, misalnya, telah menyerukan kebijakan ekonomi yang berbeda yang membawa prinsip kesejahteraan dan lingkungan secara lebih sistematis ke dalam kebijakannya.

10 negara paling bahagia
1. Finlandia
2. Denmark
3. Norway
4. Islandia
5. Belanda
6. Swiss
7. Swedia
8. Selandia Baru
9. Kanada
10. Austria

10 negara paling tidak bahagia
1. Sudan Selatan
2. Republik Afrika Tengah
3. Afganistan
4. Tanzania
5. Rwanda
6. Yaman
7. Malawi
8. Syria
9. Botswana
10. Haiti

Sedangkan Indonesia berada di peringkat ke-92 tertinggal dari Singapura, Thailand, Filipina dan Malaysia, namun berada di atas Vietnam, Kamboja, Laos dan Myanmar.
Disqus Comments